Untuk pemilihan Sepeda yang nantinya akan kita pakai, Jangan anggap enteng masalah dalam pemilihan sepeda ini nantinya, istilahnya ” Jangan mengumpat menyesal setelah membeli “. Memilih sepeda, khususnya sepeda gunung atau MTB bukan hal sepele. Begitu memasuki toko sepeda ada beragam pilihan yang membingungkan. Tanpa pengetahuan memadai tentang sepeda bisa-bisa kita membeli sepeda yang tidak sesuai dengan fungsinya. Bagi yang berkantong tebal salah membeli sepeda tentu bukan problem serius. Tapi bagi mereka yang harus menabung sedikit demi sedikit untuk membeli sepeda, salah memilih adalah perkara besar.
Semua jenis sepeda gunung masa kini telah menerapkan sistem suspensi pada roda depannya (fork suspension), dan beberapa diantaranya bahkan menerapkan sistem suspensi di roda belakangnya (dual suspension = full suspension) dan Kategori sepeda tidak hanya dilihat dari kemiripan bentuknya saja, namun ada dua faktor penting lainnya yaitu GEOMETRI dan MATERIAL sepedanya. Sebagai contoh sepeda kategori AM atau DH akan terlihat dari Head Angle yang semakin slack dibawah 70 derajat. Semakin kecil sudutnya semakin nyaman dan mumpuni untuk menghadapi turunan atau ber-downhill ria. Demikian juga dengan bahan materialnya, sepeda AM/DH yang notabene lebih banyak dipakai untuk meng”hajar” jalanan offroad tentunya memerlukan jenis material yang lebih kuat.
Jangan sekali-kali membeli sepeda hanya karena senang pada bentuknya, tapi prioritaskan pada fungsi sepeda dan kebutuhan kita. Tentukan dulu penggunaannya untuk apa. Jangan sampai salah setting. Misalnya, ingin bike to work ( B2W ) dengan jarak rumah ke kantor 40 km tapi yang dibeli adalah sepeda BMX, atau mau ke gunung tapi yang dibeli malah city bike. Lebih sempit lagi, dalam dunia MTB misalnya, ada juga sepeda cross country dipakai untuk downhill, atau sepeda downhill dipakai dirtjump. Ada kasus frame cross country patah karena dipaksa bermain downhill. hal kaya gini mengakibatkan sesuatu yang diluar batas Kewajaran ( salah kaprah : Red ) dalam pemilihan sepeda :-P.
Saat ini, sepeda disain mutakhir sudah menerapkan cross-genre, artinya satu sepeda bisa masuk di dua atau lebih kategori. Misalnya, Giant Reign yang dirancang untuk penggunaan AM yang optimum tapi masih cukup nyaman untuk light-DH. Atau Santacruz Blur LT yang awalnya didisain sebagai Aggresive-XC tapi juga mumpuni untuk AM, bahkan belakangan malah pindah kelas menjadi kategori AM 😛
FULL BIKE OR BICYCLE ASSEMBLY ?
Sepeda gunung bisa dibeli dalam bentuk sepeda jadi (full-bike) maupun rakitan yang komponennya kita tentukan sendiri. Sebagai pemula mana yang harus dipilih?
Pilihan pertama, membeli full-bike, berarti tinggal datang ke toko, pilih, bayar dan langsung pakai. Mudah sekali. Jika Anda tak mau repot, atau bersepeda bagi anda sekadar untuk berolah-raga dan sarana transportasi alternatif, maka membeli sepeda full-bike sangat cocok. Namun membeli full-bike juga membuat sepeda kita kurang memiliki nilai personal, karena pasti tidak sedikit orang lain yang memiliki sepeda sama dengan kita.
Pilihan kedua, sepeda rakitan, berarti kita memilih komponen dan membangun sepeda sendiri. Memang lebih merepotkan. Tapi kelebihannya, sepeda rakitan memiliki nilai kepuasan tersendiri bagi pemiliknya karena sesuai dengan keinginan dan gaya pribadi. Faktor yang harus diperhatikan dalam merakit adalah kita harus faham kecocokan dari masing-masing komponen. Membeli sepeda secara rakitan karenanya kurang disarankan bagi pemula. Para pemula yang ingin merakit sepeda sendiri sangat disarankan mengajak pesepeda yang lebih senior. Proses perakitannya juga sebaiknya diserahkan kepada tokonya, kita hanya sekadar memilih komponennya saja.
Untuk masalah kualitas, sebetulnya sama saja antara beli jadi dengan rakitan. Tetapi untuk masalah harga, dengan tingkat komponen setara, biasanya sepeda full-bike lebih murah. Kenapa? Karena sepeda full-bike diproduksi secara masal, sehingga bisa menekan biaya produksi. Kecuali bila kita merakit sepeda dengan memakai frame bajakan (generik), maka harga sepeda rakitan jelas lebih murah. Frame bajakan adalah frame sepeda gunung dengan merk terkenal (misalnya Specialized, Schwinn, Kona, dll.) tapi sebenarnya bukan buatan pabrik tersebut. Harga frame bajakan bisa 1/10 frame aslinya.
HARDTAIL ATAU FULL-SUSPENSION?
Sepeda gunung ada yang dilengkapi suspensi depan saja (hardtail), ada juga yang sekaligus memiliki suspensi depan dan belakang (full-suspension/fulsus). Jika kita baru memulai hobi ini, mana yang harus dipilih?
Ketika menanyakan hal ini biasanya para pemula akan disarankan memulai dengan hardtail. Alasannya antara lain agar para pemula terlebih dulu membiasakan diri dengan sepeda yang lebih ringan, efisien dalam mengayuh, mudah dalam pengendalian dan sederhana dalam perawatan. Baru setelah jam terbangnya dengan hardtail cukup banyak dapat beralih ke fulsus.
Saran ini sekarang mungkin sudah kurang relevan lagi, meskipun juga tidak salah. Mengapa? Karena, saat ini telah banyak sepeda fulsus yang memiliki performa dan efisiensi mendekati hardtail. Terutama pada sepeda ‘kelas atas’. Jadi, bila bujetnya memang sudah tersedia, tidak ada salahnya langsung mencoba fulsus. Begitu pula bagi orang-orang yang baru memulai bersepeda di usia 30-an ke atas, memilih fulsus akan membuat bersepeda menjadi lebih nyaman. Tentunya, yang dipilih bukan fulsus ‘asal jadi’ dengan efek bobbing besar (biasanya produk Cina), karena justru akan menyengsarakan dan jangan-jangan malah akan membuat kapok bersepeda. Efek bobbing adalah rantai mengendor dan mengencang akibat gerakan suspensi belakang, membuat kayuhan menjadi berat dan energi kita terbuang percuma.
Tetapi satu hal yang pasti, untuk pemula yang baru pertama kali membeli MTB, belilah sepeda cross country terlebih dahulu. Baik hardtail maupun fulsus. Jangan membeli sepeda freeride, apalagi downhill.
TENTUKAN DULU ANGGARAN BELANJA SEPEDA ANDA
Agar tidak salah dalam menentukan pilihan, sebaiknya tentukan dulu berapa bujet belanja sepeda anda, baru kemudian cari sepeda yang sesuai dengan anggaran kita itu. Jika bujetnya cuma 800 ribu rupiah, carilah sepeda seharga itu. Jangan mudah tergiur dan kebablasan membeli sepeda di atas bujet yang disiapkan. Yang di rumah bisa mencak-mencak karena jatah bulanan berkurang.
Memang, semakin mahal harga sebuah sepeda semakin baik pula kualitasnya. Pepatah ‘harga tidak akan menipu’ dan ‘ada harga ada rupa’ berlaku dalam membeli sepeda. Namun memiliki sepeda murah tidak berarti pemiliknya hina, memiliki sepeda mahal juga tidak menandakan pemiliknya mulia. Ini hanya masalah seberapa tebal kantong anda.
Sama seperti membeli handphone. Bagi yang gajinya 1,5 juta perbulan, handphone seharga 350 ribu sudah mencukupi. Tapi bagi yang penghasilannya 10 juta sebulan tentunya tidak. Membeli sepeda bisa juga dianalogikan dengan membeli mobil. Mobil mulai dari harga belasan juta hingga miliaran rupiah tersedia. Sepeda pun, dari yang berharga 500 ribuan hingga dengan puluhan juta rupiah juga ada dan tersedia.
Daripada mempersoalkan gengsi, lebih penting bagi anda yang kurang beruntung secara finansial untuk membuktikan bahwa meski dengan sepeda murah tapi anda lebih jago di tanjakan, lebih piawai di medan offroad, dan lebih kuat endurance-nya. Sambil, tentu saja, sisihkan sebagian penghasilan anda agar ke depannya dapat mengupgrade sepeda anda atau membeli sepeda yang lebih sesuai dengan keinginan.
BAGAIMANA HARGANYA?
Sepeda gunung bisa dibeli mulai dari harga 700 ribu hingga puluhan juta rupiah. Kualitas bahan, fitur dan desainnya lah yang membedakan. Sepeda gunung seharga 700 ribu framenya masih terbuat dari besi, sedangkan yang puluhan juta berbahan serat karbon, bahan yang sama dengan pesawat terbang. Bagi kebanyakan orang, frame berbahan aluminium sudah mencukupi. Tetapi sekadar saran, jika bujet Anda mencukupi, jangan membeli sepeda gunung dengan harga di bawah 1 juta rupiah. Untuk pemula yang sekadar ingin bicycling for fun, sepeda berharga 1,5 – 3 juta rupiah sudah sangat mumpuni. Kecuali jika Anda sudah mulai serius menekuni hobi ini dan menjadi kecanduan berat, sepeda seharga 10 juta rupiah pun masih dirasa kurang.
KLASIFIKASI SEPEDA GUNUNG BERDASARKAN FUNGSI
Setidaknya ada 5 jenis sepeda gunung berdasarkan fungsinya, yaitu:
~ Cross-Country Bike ~
Beratnya relatif paling ringan dibandingkan jenis sepeda gunung lainnya, berkisar antara 8 hingga 12 kg. Sepeda gunung jenis ini didisain untuk mendapatkan efisiensi yang optimal pada saat mengayuh dan menanjak, karenanya banyak juga digunakan untuk keperluan XC-race.
Rancang bangunnya masih didominasi oleh jenis hardtail (tanpa sistem suspensi belakang), sekalipun dalam 2-3 tahun terakhir ini jenis full-suspension dengan travel suspensi belakang 3-4 inches semakin banyak mengisi pasar. Penggunaan full-suspension pada sepeda gunung jenis cross-country banyak dipicu oleh teknologi baru dalam pembuatan bahan material berbobot ringan serta geometri suspensi belakang yang mampu mengeliminasi efek negatif dari bobbing (tendangan balik pada saat suspensi mengayun). Hanya saja sepeda gunung jenis ini tidak selayaknya dipergunakan secara extreme, kecuali sebatas lompatan kecil (bunny hop) dan kondisi medan dengan halangan teknikal yang ringan.
~ All Mountain ~
Saat ini merupakan pilihan yang cukup populer bagi para penggemar sepeda gunung petualangan bebas dan popularitasnya sedang menanjak pesat. Jarak main suspensi biasanya berkisar antara 4 hingga 5 inches bahkan beberapa sudah ada yang menerapkan 6 inches, sekalipun kategori ini masih menyisakan beberapa sepeda gunung jenis hardtail. Sepeda gunung jenis all-mountain dirancang untuk mampu melintasi medan berbatuan, tanah pegunungan maupun batu lepas dengan nyaman pada kecepatan relatif tinggi dan nyaman dibandingkan sepeda jenis cross-country, bahkan mampu melakukan lompatan (drop off) hingga 2 meter. Berat keseluruhan sepeda berkisar antara 11-15 kg, dengan komponen yang yang relatif ringan namun tetap kuat.
~ Free Ride ~
Pada dasarnya sepeda gunung jenis ini tidak berbeda banyak dengan sepeda gunung jenis All-mountain, kecuali beberapa komponen-nya dibuat lebih kuat dan berkarakteristik sepeda gaya bebas.
Seperti misalnya, suspensi depan yang lebih kekar dan minimal dilengkapi suspensi double crown (batang penahan stanchion), serta menggunakan dual cranks pada pengayuhnya. Sepeda gunung ini biasanya dirancang untuk dapat bertahan ketika melakukan lompatan-lompatan yang yang cukup tinggi.
~ Dirt Jump / Urban Bike ~
Penggemar sepeda gunung ini awalnya adalah kawula muda perkotaan yang menggunakan sepeda gunung untuk segalanya. Selain sebagai alat transportasi, menikung dengan kecepatan tinggi, juga digunakan untuk melakukan lompatan-lompatan tinggi bahkan sangat extreme. Rangka sepedanya (frame) terbuat dari bahan yang sangat kuat dengan desain yang kokoh dan rigid, serta ruang ban yang cukup besar untuk penggunaan ban yang ekstra lebar dan besar. Disamping itu frame bagian atasnya (top tube) dibuat serendah mungkin untuk kemudahan pengendalian. Berat sepeda gunung ini mencapai antara 13-18 kg dengan kualitas material yang lebih kuat, sehingga membuat jenis sepeda ini relatif lebih mahal.
~ Down Hill ~
Sepeda gunung jenis ini tujuan utamanya adalah menaklukan turunan dengan cepat, aman dan nyaman; yang pada awalnya banyak dilakukan pada area turunan bermain ski disaat tidak musim salju. Untuk itu dibutuhkan suspensi yang lebih panjang jarak mainnya, serta super-sensitif terhadap medan yang dilintasinya karena untuk turunan yang dihadapinya pun bervariatif biasanya cenderung terjal, kasar dan sangat tricky sekali. Geometri dari rangkanya (frame) untuk sepeda kategori downhill ini dedisain sedemikian rupa dengan titik gravitasi yang rendah dan mampu menikung dengan stabil sekalipun pada kecepatan tinggi.
Kemampuan melakukan pengereman juga merupakan faktor yang penting bagi sepeda jenis ini, karenanya penggunaan rem piringan (disc brake) berukuran besar sangat direkomendasikan. Komponen dan material sepeda ini dipilih yang kuat untuk menahan perlakuan yang “abnormal” dan ini menyebabkan bobot sepeda meningkat sehingga berkisar antara 15-20 kg.
Note :
Thx alot 2 Mbah Google for share all ‘Bout Picture 😛
Adios amigos parantos
lumayan dapat pencerahan untuk masalah pit.
thx boss untuk inpo pitnya, banyakin lagi posting masalah tips dan trik, misal juga : tips membeli part pit second ?
ditunggu boss 😛
Good Idea om,,,,,,Thx yak, bener banged jarang juga nih ulasan masalah tips membeli barang second komponen sepeda, padahal tanpa disadari kita butuh juga tuh apalagi kalo duid kepepet pengen barang yang mantab, solusinya kadang beli yang second. ada yang mo nyumbang artikel,,,? sementara saya kumpulin dulu materinya 🙂
June…keyen blognya 😀
sekalian atuh jualan speda hehehhee
or share-in yang laen dunk utk cw biar tambah cemangat lagi bacanya 😛 + keren deh
btw 2 jempol deh buat launching blog-nya.
nice info om !
tapi masih tetep di XTRADA merah euy, bukan g mau upgrade tapi…sementara tak ada alokasi dana buat upgrde.
udah jarang gowes juga akhir2 ini ..T_T
Kalo XTRADAnya dah gak diminati lagi, mau ko ditampung tante buat diurusin ( berpindah tangan kamsudnya ), kalo lepas kirim info via japri yah ke herisusilo@lginnotek.com
ditunggu tante dhedhot 🙂
PERTAMAX inponya!!mangstab om…..ane demen tuh ma yg kategori downhill!!
sekedar masukan……..ulas jg dong piranti tambahan buat MTB seperti GPS, Handphone yg cucok buat MTB’ers,dll.
and ulas jg tentang toko2 sepeda yg murah2!!
Masukannya di Tampung Om Boby, nanti kita coba posting, tentu terlebih dahulu kumpul2 materinya 🙂
keep pedalling om bobi
good info,.. jadi ada pencerahan,. cuz kemarin beli sepeda united Venus 77 XC dulu niatnya yah pengen coba2 trus lama kelamaan jadi enak tuh sepeda jadi kaya kurang sreg aja,. pgn yg lebih,,..
kira2 kalo sepeda pabrikan/built up bisa di upgrade trutama sepeda produk lokal,.. trus kalo mau di upgrade bagian mana dulu?
mohon pencerahannya,..
thx
@ Awar : Cobain Fork terus ke groupset,,,,,tapiiiii yang lebih utama di upgrade sih dengkul kali yeh, gak penting sepedahnya yang penting sepedahannya hehehehe
Keep pedalling Never ending
Infonya mantabs Om..makasih..
Jadi tambahan info buat aku..tambahan klo hobby ini mahal..kekekek.. 😀
Hehehehe,,,,,kan ada yang lebih penting dari upgrade yaitu gowesnya itu sendiri, gak penting sepedahnya apa yang penting sepedahannya, keep gowes yah 🙂
jadi pengen beli sepeda gunung nehh ..
http://arisan-online.com
Wuuaahh thanks a lot bt yg bikin artikel ini,mata terbuka untuk newbie seperti saya.yes saya mantap dgn pilihan saya. Saya siap meminang sepeda itu. olreedd
manstabs………………………..
saya termasuk newbie nie….br krg lebih 10 bln sepedaan…
sekarang alhamdulillah minim 3 kali seminggu…terutama xc-an…saya tinggal di jogja…
mau sharing aja….ternyata kalo kita bersepda secara rutin…kondisi tubuh jadi fit….tidur malam jadi teratur, merokok jadi byk berkurang…malah bisa berenti sama sekali, berat badan jadi ideal….pokoknya keep gowesssssssssss
btw ni dah ada 2 sepeda bos….1 full bike jadi… 1 rakitan….
manstab…………..let’s gowes together………make brighter our future with bicycle………..
nuwuwn….salam gowes forever….
jogjanya dimana mas,,,,,,keep gowes yah !!!!!
kalo aya maen ke jogja temenin ke trek yang asyik yah, thx
Wah infonya mantaab!!!! jadi pengen segera punya DOWNHILL ini..oya kasih tips dong bang buat pemula yang mau rakit HARD TRAIL, Apa saja yag mesti dibeli dulu??maklum dananya juga dari hasil sisiain gaji bulanan..terus sampe berapa ya kalo rakit gitu?
sob w pemula mo bli sepeda gunung bajet w 1,5jt yg bagus merk pa ya???
trus mending beli jadi/rakitan sob?
Mau nanya nih gan..klo sepeda buatan taiwan seperti merek best friend yang kisaran harganya di bawah 1 juta,,secara kualitas gimana?gue sih lebih penting ke fungsinya aja klo bersepeda.lagian dipake cuma seminggu sekali..mohon pencerahannya.thanks
mantap nih infonya, thanks ya 🙂
ane beli sepeda Peugeot Backtrack 400 tahun 1994 yg masih jenis sederhana. Tanpa suspensi dan rem masih model v-brake. pernah dibawa ke Gunung Klotok (daerah Kediri), ke daerah pegunungan Blitar, ke Gunung Bromo, dan sering ke daerah tanjakan makadam di daerah ane (jombang).
terakhir gowes tahun 1996. sekarang ane pengen aktif lagi.
masalahnya gan…fork depan sudah karatan di banyak tempat, dan rem juga kabelnya sudah gk dipake.
pertanyaan ane:
1. fork depan pengen ganti yg suspensi. bagaimana cara memilih yg cocok buat medan tanjakan – turunan makadam dengan berbagai variasi halangan dan kadang drof off 50 cm – 150 cm…?? ada yg pernah bilang, cari suspensi jangan yg terlalu lunak (dgn menekan ke bawah secara manual pake dua tangan), karena justru mengganggu saat di turunan makadam. apa bener?
2. rem pengen ganti yg disc brake. bagaimana memilih yg cocok buat medan santai sampai medan yg agak extreme di turunan makadam?
thanks for sharing gan…
[…] NOMINATOR LOMBA INSPIRASI GALAXY CINTA (FINAL)Sastra-Indonesia.comMahluk Gaib di BaliMateri Khutbah Idul Fitri 2012 M / 1433 HTips Membeli dan Merakit Sepeda MTB […]
bro tulisanya ga bisa dibaca tolong tema nya di ganti dengan warna satu aja hehe peace 🙂
keren banget gan…
makasih ya atas infonya…